Catatan Perjalanan: Mengenal Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (2)
UmbulBalongnews, Cirebon - Tak lama setelah pernikahannya, beliau bersama istrinya berangkat ke arah barat dan sampailah di daerah yang bernama Darma Kuningan. Atas permintaan penduduk setempat Abdul Muhyi menetap di Darmo Kuningan selama 7 tahun. Kabar tentang menetapnya Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana.
Disamping untuk membina penduduk, dia juga berusaha untuk
mencari gua yang diperintahkan oleh gurunya, dengan mercoba beberapa kali
menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah.
Sedang harapan dia sesuai isyarat tentang keberadaan gua
yang diberikan oleh Syekh Abdul Rauf adalah apabila di tempat itu ditanam padi
maka hasilnya tetap sebenih artinya tidak menambah penghasilan maka di sanalah
gua itu berada.
Karena tidak menemukan gua yang dicari akhirnya Syekh Abdul
Muhyi bersama keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan
perjalanan mencari gua.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah di
daerah Pamengpeuk (Garut Selatan). Di sini dia bermukim selama 1 tahun untuk
menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat waktu itu
masih beragama Hindu.
Setahun kemudian ayahanda (Sembah Lebe Warta Kusumah)
meninggal dan dimakamkan di kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan. Beberapa hari
seusai pemakaman ayahandanya, dia melanjutkan perjalan mencari gua dan sempat
bermukim di Batu Wangi.
Perjalanan dilanjutkan dari Batu Wangi hingga sampai di
Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690 M).
Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang dicari, dia
tidak putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu
di atas Gunung Kampung Cilumbu.
Komentar
Posting Komentar